Oleh : Lucky Agung Iskandar
Penyakit malaria disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium. Penyakit ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan dunia terutama di negara sedang berkembang pada kawasan tropik dan subtropik. Di Indonesia sampai saat ini angka penyakit malaria masih cukup tinggi terutama di luar daerah Jawa dan Bali.
Penyakit malaria tidak hanya pada manusia yang selama ini kita ketahui. Penyakit malaria bisa menyerang hewan mulai dari reptil hingga primata. Pada peternakan unggas, penyakit ini dapat menyebabkan kerugian ekonomi. Dampak yang diberikan kepada peternakan unggas mengakibatkan produksi menjadi turun baik itu bobot badan dan jumlah telur. Sehingga menjadi masalah yang menggangu para peternak unggas.
Plasmodium berada di vektor terdapat pada dinding perut tengah dan kelenjar liur nyamuk Culex sp. Sporozoit dari liur nyamuk betina yang mengigit disebarkan ke darah atau sistem limfa penerima. Vektor untuk Plasmodium nyamuk dalam genus Culex, Anopheles, Culiceta, Mansonia, dan Aedes. Vektor yang diketahui kini bagi penyakit malaria pada manusia (>100 spesies) semuanya tergolong dalam genus Anopheles. Malaria burung dibawa oleh dari genus Culex. Siklus hidup Plasmodium pada fase sporozaid berpindah ke hati dan menembus hepatosit. Tahapan dorman bagi sporozoit Plasmodium dalam hati dikenal sebagai hipnozoit. Dari hepatosit, parasit berkembang biak menjadi ribuan merozoit yang kemudian menyerang sel darah merah (Noble 1989).
Di sel darah merah parasit membesar dari bentuk cincin ke bentuk trofozoid dewasa. Pada tahapan skizon, parasit membelah beberapa kali untuk membentuk merozoit baru yang meninggalkan sel darah merah dan bergerak melalui saluran darah untuk menembus sel darah merah baru. Kebanyakan merozoit mengulangi siklus ini secara terus-menerus, tetapi sebagian merozoit berubah menjadi bentuk jantan atau betina (gametosit) di dalam darah yang kemudian diambil oleh nyamuk betina yang menusuk inang (Noble 1989).
Dalam perut tengah nyamuk, gametosit membentuk gamet dan menyuburkan satu sama lain, membentuk zigot motil yang dikenal sebagai ookinet. Ookinet menembus dan lebas dari perut tengah, kemudian membenamkan diri pada membran perut luar. Di sini mereka terbelah berkali-kali untuk menghasilkan sejumlah besar sporozoit halus memanjang. Sporozoit ini berpindah ke kelenjar liur nyamuk, di mana ia ditusuk masuk ke dalam darah inang kedua yang digigit nyamuk. Sporozoit bergerak ke hati di mana mereka mengulangi siklus ini (Noble 1989).
Masa inkubasi parasit ini adalah 5-10 hari, dan lamanya parasit ini didalam darah adalah 7-27 hari dan suhu berfluktuasi. Gejala klinis yang ditunjukkan adalah munculnya bintik-bintik merah di bawah kulit dan di permukaan kulit, bahkan otot. Ayam terlihat sangat lesu dan sangat sering menggigil kedinginan. Feses akan berwarna kehijauan dan encer. Gejala yang terlihat pada ayam akibat Plasmodium dapat dibagi dalam tiga bentuk yaitu bentuk akut, bentuk kurang akut, bentuk paralisis.
Bentuk akut terlihat ayam meringkuk disudut kandang, muka dan jengger bengkak, kondisi semakin buruk dan mati dalam waktu singkat dan pada pemeriksaan ulas darah 80% dari sel darah merahnya mengandung Plasmodium. Bentuk kurang akut ayam terlihat pucat pada muka dan jengger, kondisi lemah dan ada diare berwarna hijau. Bentuk paralisis, bentuk ini tidak banyak dijumpai dan biasanya terjadi pada pada ayam yang sembuh dari serangan akut dan sudah diobati. Bentuk paralisis terjadi karena adanya hambatan pada buluh darah di otak yang berisi merozoit biasanya terjadi pada tahap eksoeritrosit dan umumnya ayam akan mengalami kematian karena sudah susah diobati. Gejala klinis lainnya adalah hewan sulit bernafas, anemia, nafsu makan menurun, kekurusan, bulu mengerut tidak teratur dan ayam mengalami depresi ( Sriwijati 1985).
Plasmodium merupakan protozoa yang mengakibatkan penyakit malaria pada hewan dan manusia. Vektor biologis penyakit malaria pada unggas adalah nyamuk Culex dan Aedes, sedangkan pada manusia adalah Anopheles. Perkembangbiakan secara aseksual terjadi pada tubuh inang dan secara seksual terjadi pada tubuh vektor. Apabila tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Sumber referensi
Nobel, E. R.and Nobel, G. A. 1989. Parasitologi: Biologi Parasit Hewan, Edisi 5. Ahli bahasa oleh Wardiarto.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sriwijati Muljani. 1985. Penyakit Malaria pada ayam sebagai akitat dari infeksi Plasmodium galinaceum. [Skrips]. Fakultas kedokteran hewan. IPB. Bogor. [terhubungberkala]http://repository.ipb.ac .id/ bitstream /handle/ 123456789/39798/E85msr_abstract.pdf?sequence=2[12 September 2011].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar