Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 19 Juli 2012

[IM-HAN] MASA DEPAN INDONESIA ADA DI TANGAN MU , ANAK INDONESIA



Kepada
Seluruh Anak Indoneisa
DI Sabang sampai Merauke

Assalamualaikum wr. wb.
            Perkenalkan saya Lucky Agung Iskandar. Saya adalah mahasiswa Kedokteran  Hewan di Institut Pertanian Bogor. Sekarang saya akan memasuki semester 7. Saya berasal dari Lebak, Banten. Ya mungkin teman-teman jarang mendengar tempat ini bahkan tidak tahu. Saya ialah putra daerah. Daerah yang tidak terlalu maju dibandingkan dengan daerah yang ada di pulau jawa secara keseluruhan. Namun daerah ini memiliki banyak sekali lahan yang belum secara optimal dimanfaatkan. Daerah yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Sayang di daerah kami sangat sedikit lulusan sarjana yang bisa mengolah kekayaan itu. Dari segi pendidikan daerah kami rata-rata hanya tamatan SD dan SMP. Oh ya, daerah saya menjadi salah satu tempat mengabdi dari pengajar muda Indonesia Mengajar. Ya itu perkenalan singkat dari saya untuk teman-teman “Anak Indonesia”.
Seorang anak SD melintasi persawahan (Sumber)

           
 Teman, betapa bangganya kita menjadi anak Indonesia. Negeri yang diberi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya alam yang melimpah ruah. Negeri yang dijuluki zamrud kastulistiwa. Negeri dengan dengan permadani hijau yang luas. Negeri dengan beribu-ribu pulau. Negeri ini merupakan surga dunia. Apakah kita tidak bangga, teman?. Ya masalah terbesar negeri ini ialah pendidikan. Kekayaan alam ini tidak bisa kita manfaatkan dengan optimal karena keterbatasan kemampuan kita. Negeri ini belum sejahtera di kekayaan alam negeri ini. Pendidikan serasa hanya untuk anak-anak dari keluarga yang kaya. Tidak berlaku untuk kalang miskin. Jangan berpikiran begitu, pendidikan ialah hak semua manusia di muka bumi ini baik yang miskin maupun yang kaya. Baik yang tinggal di daerah maupun yang tinggal di kota.

Teman, meski kita memiliki kekurangan dan tinggal di daerah yang mungkin jauh tertinggal dari yang lain. Tapi kita bisa meraih cita-cita kita dengan pendidikan. Kita bisa memjaukan daerah kita dengan pendidikan. Dengan keterbatasan yang kita miliki kita yakin bahwa akan selalu ada jalan yang diberikan Tuhan untuk kita. Jangan sia-siakan umur kita yang masih sangat muda. Karena penyesalan dihari tua meruapakan penyesalan yang akan membuat kita akan selalu menderita.

Teman, pernahkah menyaksikan atau melihat anak-anak SD dengan berani melintasi jembatan yang putus di daerah Lebak?. Ya, saat itu berita sampai ke mancanegara. Sampai-sampai dijuluki di luar negeri sebagai jembatan ala “ Indiana Jones” film terkenal yang aksinnya melewati jembatan yang hampir putus. Keberanian yang mereka perlihatkan hanyalah tekat yang kuat untuk bisa meraih ilmu. Meraih pendidikan yang layak. Karena mereka yakin bisa memperbaiki kondisi keluarga dengan menjadi orang yang berpendidikan.
Para pelajar melintasi jembatan yang putus di Lebak (Sumber)


Teman, meski kita di tempat yang berbeda, kebudayaan yang berbeda, warna kulit yang berdeda, dan agama yang berdeda. Kita yakin  bahwa di negeri ini, negeri Indonesi kita bisa mengharumkannya meskipun dengan perbedaan yang kita miliki. Kita memiliki potensi yang sangat luar biasa. Prof. Yohanes Surya mengatakan“tidak ada anak Indonesia yang bodoh”. Adalah sebuah kalimat yang membangkitkan semangat dan motivasi, masih ada sepercik harapan tentang masa depan negeri ini. Semua bisa berprestasi dari anak yang berada di Sabang hingga Merauke. Telah banyak dari teman-teman kita yang telah membuktikan bahwa warna kulit bukan menjadi kendala untuk berprestasi di ajang internasional dan mengaharumkan bangsa Indonesia.
Tim olimpiade internasional dari Papua (Sumber)

Teman, kata kunci untuk merubah hidup kita ialah pendidikan. Pendidikan yang akan membawa kita menuju cita-cita yang kita inginkan. Kita sebagai anak Indonesia tentulah menginginkan kehidupan yang indah di negeri yang sejahtera kelak. Di mana anak-anak Indonesia bisa merasakan pendidikan dengan layak. Ingatlah masa depan negeri kita di tentukan oleh anak-anak Indonesia bukan dari orang-orang yang telah tua usianya. Kita harus yakin kita sebagai anak Indonesia meruapakan penggerak roda perubahan negeri ini dikemudaian hari.

Teman, saya akan menceritakan pengalaman saya mengabdi di desa Sambung, Kabupaten Kudus. Di sana saya melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat tentang kesehatan ternak dan pemberdayaan warga. Ketika itu ada program mendidik anak-anak mengenai mencara cuci tangan yang benar dan pembagian susu geratis. Saat besama anak-anak desa seperti melihat wajah-wajah yang polos. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Di tenggah keterbatasan yang mereka miliki karena kebanyak dari keluarga petani. Saya melihat semangat mereka untuk meraih pendidkan untuk mencapai cita-citanya. Kebanyakkan mereka bercita-cita ingin menjadi seorang guru SD. Ya cita-cita yang sangat mulia. Menjadi guru merupakan cita-cita tertinggi mereka. Melihat senyum dan canda tawa mereka memperikan perasaan yang berdeda. Seolah keterbatasan yang dimiliki mereka bukanlah halangan untuk merasakan kebahagiaan.

(dokumentasi pribadi pengabdian di Desa Sambung)

Teman, saya pernah membaca sebuah novel kisah nyata tentang seorang Kisah anak supir angkot dari kota Batu yang menjadi direktur di New York City. Ya, judul novel tersebut  9 Summers 10 Autumns. Kisah seorang anak yang tinggal di pinggiran kota Batu, Malang yang berjuang untuk merubah kondisi keluarganya meninggalkan kemiskinan dan kebodohan. Iya berjuang menuntut ilmu dengan keterbatasan yang dimilikinya. Perjuangan mendapatkan pendidikan yang saat itu sulit dan menjadi sesuatu yang sangat mustahil melihat keterbatasan yang dimiliki. Dengan ketekunannya hingga iya bisa menjadi seorang sarjana bahkan menjadi seorang direktur di New York City. Semua karena pendidikan yang merubah kondisi hidupnya. Semoga kisah nyata tersebut memotivasi kita sebagai anak Indonesia untuk bisa meraih cita-cita dengan pendidikan.

Teman, Semoga surat ini bisa memberikan perubahan untuk diri kita dan bangsa ini. Apapun ketebatasan kita sebagai anak Indonesia kita harus meraih pendidikan setinggi mungkin. Kita harus berkontribusi untuk keluarga kita dan bangsa kita. Beranilah bermimpi karena mimpi karena mimpi adalah motivasi kita ditengah keterbatasan yang kita miliki.  Mungkin hanya surat ini yang bisa saya berikan untuk seluruh “Anak Indonesia” dari Sabang hingga Merauke. Terimakasih telah membaca surat ini.
Wassalamulaikum wr. wb

“Pendidikan ialah lilin yang menerangi dikala kita mengeluh akan kegelapan”

Rabu, 18 Juli 2012

MENJADI PENDIDIK, MENJADI SANG PENCERAH



Gambar Seorang pendidik mengajarkan di alam terbuka (Sumber)
Pendidikan merupakan sesuatu yang wajib kita dapatkan. Berkat ilmu kita bisa merasakan makna suatu kehidupan. Ilmu dapat memberikan sinar kehidupan ditengah gelapnya kebodohan. Melepas dahaga keingin tahuan dikeringnya hidup ini. Menjauhkan kemiskinan dan mendekatkan kesejahtraan. Itulah ilmu memberikan nafas kehidupan bagi yang dapat menghirupnya.

Ilmu itu tidak datang dengan sendirinya. Ilmu membutuhkan seorang pendidik untuk memberikannya. Seorang pendidiklah yang dapat memberikan ilmu tersebut dengan sempurna. Karena dengan  didikannya dan dedikasinya ilmu itu bisa bermakna dan menjadi suatu amal yang tetap terbawa hingga liang lahatnya. 

Negeri ini, negeri Indonesia. Negeri dimana kita merasakan surga dunia. Negeri dengan kekayaan alam yang melimpah ruah. Negeri yang dijuluki sebagai negeri agraris. Yang sebagian penduduknya ialah petani. Namun kekayaan alam ini tidak diimbangi oleh sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan alam ini dengan maksimal. Negara ini seolah dijajah kembali oleh negara-negara asing untuk mengambil kekayaan alam ini.

Harusnya kita menyadari pendidikan itu merupakan sesuatu yang penting. Menjadi pendidik merupakan suatu tugas mulia untuk mencerdaskan bangsa ini. Agar bangsa ini dapat menjadi bangsa yang mandiri. Menjadi bangsa yang bisa memberikan kesejahteraan masyarakatnya. Memberikan jaminan agar masyarakatnya dapat terdidik dan berilmu dengan mudah.

Bagaimana dahulu para founding father presiden pertama bangsa ini langsung menjadi pendidik untuk mengajarkan rakyat Indonesia untuk bisa membaca. Seorang Ir. Seokarno yang desigani oleh seluruh dunia pada saat zaman penjajahan rela untuk mendidik rakyatnya untuk lepas dari kebodohan. Karena ia tahu bahwa bangsa yang bodoh dengan mudah akan selalu terjajah. Untuk melawan penjajah bukan dengan senjata ditangan tetapi dengan ilmu sesungguhnya dapat melawan penjajahan.
Gambar Presiden Soekarno sedang mengajarkan membaca kepada rakyat (Sumber).



Setelah 67 tahun kemerdekaan bangsa Indonesia masih banyak rakyat yang tidak mendapatkan pendidikan dengan semestinya. Karena faktor ekonomilah menyebabkan kebanyakan masyarakat kita tidak mendapat pendidikan. Mereka seakan jauh dari ilmu dan semakin dekat kepada keterpurukan. Jangan hanya menyalahkan pemerintah ataupun saling menyalahkan terhadap permasalahan besar ini. Tapi renungilah bahwa permasalahan ini kita semua yang harus bertanggung jawab untuk mendidik masyarakat kita.

Menjadi seorang pendidik sebenarnya merupakan kewajiban untuk kita. Seorang pendidik tidak harus menjadi seorang guru di sekolahan atau seorang dosen di suatu perguruan tinggi. menjadi pendidik bisa dilakuakan di mana saja dan kapan saja. Jangan jadikan pendidik sebagai mata pencaharian tapi jadikan suatu amal yang akan menemani kita diakhir hidup. Tapi lihatlah semangat untuk mengejar cita-cita para peserta didik. Lihatlah semangat masa depan bangsa ini agar lebih baik.

Saat ini pendidikan di Indonesia hanya melihat dari pada nilai yang didapat. Pendidikan belum menyentuh karakter peribadi individu tersebut. Akan sia-sia apabila yang dikembangkan hanya kecerdasaannya saja tetapi karakternya tidak ada. Sehingga ilmu yang mereka dapatkan tidak akan berpengaruh untuk mensejahterakan bangsa ini bahkan akan menghancurkannya. Banyak kita menyaksikan maraknya korupsi di negara ini yang dilakukan oleh orang-orang yang “berpendidikan”. Mereka ialah korban dari salah suatu sistem didik. Akan banyak lagi para koruptor apabila kita sebagai pendidik hanya berpatokan dari sebuah angka-angka nilai untuk mentukan kepintaran. Ada sesuatu yang lebih berharga dari sebuah angka saja tetapi ialah sebuah karakter yang ada di dalam hati. 

Seorang guru terdahulu bangsa ini menjelaskan tentang arti pendidikan. Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidak utuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi (Sumber).


 Menjadi seorang pendidik haruslah menjadi seorang pencerah. Bukan hanya mengajarkan ilmu tapi rasa kemanusiaan dan motivasi untuk bisa memberi sumbangsih untuk negeri ini. Pendidik haruslah bisa menularkan rasa nasionalisme kepada siswanya. Dengan rasa nasionalisme tersebut diharapkan agar cita-citanya bisa berkontribusi untuk negara yang kita cintai ini.

Telah banyak yang menyadari bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting di negeri ini. Banyak para pemuda dengan suka rela menjadi seorang pendidik di daerah terpencil di Indonesia. Mereka tidak mengaharpkan imbalan dari siswanya namun mereka ingin memberi inspirasi dan motivasi kepada siswanya untuk mengejar cita-cita. Mereka merupakan pemuda yang tergabung pada kegiatan Indonesia Mengajar yang dibentuk oleh bapak Anies Baswedan seorang tokoh pemuda Indonesia yang masuk majalah Times sebagi seorang pemuda yang berpengaruh.
Gambar pengajar muda sedang mendidik siswanya (Sumber).

Menjadi pendidik tidak harus menjadi seorang guru. Tetapi seorang pendidik bisa menjadi seorang guru. Dedikasih yang diberikan oleh seorang pendidik tidak akan terbayar dengan emas sekalipun.

Adapun sikap yang harus dimiliki seorang guru. Guru yang efektif memiliki keunggulan dalam mengajar (fasilitator); dalam hubungan (relasi dan komunikasi) dengan peserta didik dan anggota komunitas sekolah; dan juga relasi dan komunikasinya dengan pihak lain (orang tua, komite sekolah, pihak terkait); segi administrasi sebagai guru; dan sikap profesionalitasnya. Sikap-sikap profesional itu meliputi antara lain: keinginan untuk memperbaiki diri dan keinginan untuk mengikuti perkembangan zaman. Maka penting pula membangun suatu etos kerja yang positif yaitu: menjunjung tinggi pekerjaan; menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan, dan keinginan untuk melayani masyarakat. Dalam kaitan dengan ini penting juga performance/penampilan seorang profesional: secara fisik, intelektual, relasi sosial, kepribadian, nilai-nilai dan kerohanian serta mampu menjadi motivator. Singkatnya perlu adanya peningkatan mutu kinerja yang profesional, produktif dan kolaboratif demi pemanusiaan secara utuh setiap peserta didik (Sumber).

Semoga tulisan ini dapat memberi makna kepada siapa saja yang membacanya. Sehingga dikemudan hari akan banyak pendidik yang akan menjadi “Sang Pencerah” bagi rakyat Indonesia. Menjadi pendidik yang ideal ialah mereka yang bekerja atas dasar hati nurani. Memberikan cahaya di gelapnya jalan kehidupan ini.

"JANGAN MENYALAHKAN KEGELAPAN YANG TERJADI TAPI NYALAKANLAH LILIN-LILIN UNTUK MENERANGI"

Senin, 18 Juni 2012

Blog untuk keratifitas anak kurang mampu demi kemajuan Indonesia


Anak-anak sedang memandangi sebuah laptop (Sumber)
Sungguh perihatin menyaksikan anak-anak di Indonesia yang hidup dalam kemiskinan. Mereka seakan jauh dari yang namanya teknologi. Bahkan mereka memanggap teknologi hanya untuk orang-orang yang kaya. Sehingga mereka jauh dari yang namanya teknologi.
Menurut data BPS (Biro Pusat Statistik) tahun 2006, kita akan mendapatkan data yang sangat memprihatinkan sekaligus mengerikan yaitu 63.847.999 orang dikategorikan sebagai anak terlantar dengan orang tua lengkap. Jika penduduk Indonesia seluruhnya 220 juta orang, berarti jumlah anak terlantar tersebut di atas sudah mencapai 30 %, itu data tahun 2006, bagaimana jika data itu tahun 2010, dipastikan jumlah anak terlantar akan semakin meningkat (Sumber).Selain itu, Sekitar 1,8 juta anak SD berusia 7 – 12 tahun, dan 4,8 juta anak usia 13 – 15 tahun, tidak bersekolah (SUSENAS, 2002). Ini membuktikan sulitnya anak-anak pada keluarga kurang mampu untuk mendapatkan akses teknologi yang ada di sekolah.


Sebenarnya pada tahun ini Mendiknas mencanangkan tahun "Generasi Emas". “Tahun sekarang adalah tahun menanam (generasi emas), investasi,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh pada press conference berkaitan dengan rencana peringatan Hari Pendidikan Nasional 2012 di Gedung A Kemdikbud Senayan, Jakarta, Senih (30/4/12) (Sumber). Mendiknas mengaharapkan generasi muda menjadi generasi yang bisa membangun bangsa ini dikemudian hari.

Kemajuan suatu bangsa dilihat dari keratifitas anak bangsanya. Salah satunya di bidang teknologi informasi sebagaimana negara-negara yang telah maju. Mereka memberikan akses-akses yang memudahkan untuk masyarakat kurang mampu untuk dapat mengaksesnya. Hal tersebut yang membuat negara-negara tersebut maju dengan cepat.



Banyak inovator yang menjadi bukti atas kreatifitasnya di bidang teknologi informasi dan digital, seperti:
1. Bill Gates, pendiri Microscosoft.
2. Steve Jobs, pendiri Apple Computer.Co.
3. Mark Zuckerberg, pendiri Facebook.
4. Larry Page, pendiri Google.
 Mereka adalah orang-orang kreatif di bidang teknologi dan mereka membuat kemajuan untuk seluruh dunia.

Negara kita bisa melahirkan orang-orang seperti mereka yang dapat merubah suatu peradaban di dunia tidak hanya di Indonesia. Anak-anak Indonesia hanya perlu kemudahan akses untuk memunculkan kreatifias yang begitu potensial di otak mereaka. Keratifitas yang bisa dilakukan ialah menulis.

Menulis merupakan suatu upaya untuk melatih imajinasi dan keratifitas. Menulis menjadi potensial apabila dipadukan dengan teknologi yang banyak dikembangkan di internet yaitu, media blog. Media blog dapat di akses dan dibuat oleh siapapun tanpa memungut biaya. Karena pembuatan blog tidak menarik uang untuk membuatnya. Banyak media-media blog dengan geratis bisa dibuat.

Anak-anak sedang bermain game online (Sumber)
Namun kebanyakan anak-anak di Indonesia terlena oleh game online, jejaring sosial, dan situs yang tidak selayaknya untuk diakses. Bahkan anak-anak kurang mampu ketagihan bermain online dengan cara mengumpulkan uang dari hasil meminta-minta maupun mengamen. Hal ini menjadi miris apabila potensi teknologi hanya digunakan untuk kepuasan sesaat saja.

Sebenarnya mereka bisa melakukan lebih dari sekedar bermain game online saja. Mereka bisa menuangkan kretatifias di meda blog. Mungkin media blog bagi mereka tidak mengasikan layaknya game online. Atau bahkan mereka belum mengenal yang bernama blog.

Media internet yang sejatinya digunakan anak-anak untuk media menambah ilmu pengetahuan dan media kreatifitas telah beralih fungsi. Selain itu internet sebagai ajang ber "Galau" ria di media jejaring sosial. Yang membuat bangsa kita terkejut bangsa kita ialah pemakai jejaring sosial no.1 di dunia.
Dari total 62 persen yang mengaku pengguna media sosial di dunia, Indonesia menempati posisi pertama dengan 83 persen. Meskipun total populasi yang menggunakan internet di Indonesia belum sebanyak di negara maju, tetapi data ini menunjukkan perhatian netizen Indonesia yang sangat besar terhadap media sosial.
Amerika Serikat, dan China sebagai dua negara yang termasuk pemilik akses internet terbesar di dunia, masing-masing hanya 61 persen dan 60 persen yang menggunakan media sosial.
Indonesia, menurut data Socialbakers terkini, merupakan negara terbanyak ketiga dalam populasi di Facebook, dengan 43.523.740 pengguna. Sementara di Twitter, menurut data semiocast.com Februari 2012 lalu tercatat pengguna dari Indonesia mencapai 20 jutaan, atau menempati posisi kelima di dunia. Selain aktifitas di jejaring sosial, penelitian ini juga melihat tingkat penggunaan media sosial di forum-forum online. Yang paling menejutkan ialah sebagian besar penggunanya ialah para remaja.

Media blog bagi anak-anak kurang mampu merupakan media yang bisa mereka pergunakan di dunia teknologi digital ini. Media dimana mereka bisa menuangkan pikiran dan kreatifitasnya tanpa dibatasi oleh kekurangan yang mereka miliki.
Suatu bangsa akan maju apabila masyarakatnya mempunyai kreatifitas dan menguasai teknologi informasi maupun digital.


perlunya peran semua masyarakat Indonesia untuk membatu anak-anak "generasi emas" ini untuk membuat mereka menjadi orang yang kratif. Termasuk para blogger di Komunitas Ngawur dan Blogger Nusantara untuk memberikan pelatihan mengenai teknologi digital dengan bekerjasama dengan Pusat Teknologi kepada anak-anak kurang mampu.

Selasa, 25 Oktober 2011

Anggaran Pendidikan Nasional Rp 248 T, Tapi Lebak Kekurangan 1.045 Ruang Kelas

Sumber: Republika.co.id (26 Oktober 2011)


Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, hingga saat ini masih kekurangan 1.045 ruang kelas untuk sekolah dasar (SD), dan pihak Dinas Pendidikan setempat telah mengusulkan bantuan pada pemerintah pusat.
"Kita sudah mengusulkan pembangunan ruang kelas baru (RKB) pada pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan Nasional," kata Sekertaris Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Juanda, di Rangkasbitung, Jumat.
Menurut dia, akibat kekurangan ruangan saat ini setiap kelas di SD diisi cukup banyak murid, sehingga terlibat berdesakan dan akibatnya kegiatan belajar-mengajar kurang nyaman. Apalagi, kata dia, jumlah murid sekolah dasar (SD) setiap tahun terus mengalami peningkatan. Dengan kondisi itu siswa kurang konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran.
Ia juga menjelaskan, pada 2011 tidak bantuan pembangunan RKB dari Kemendiknas, pemerintah Provinsi Banten maupun pemerintah daerah setempat. Karena itu, pihaknya berharap Kemendiknas bisa memberikan bantuan RKB, melalui dana alokasi khusus (DAK).
Menurut dia, akibat kekurangan RKB banyak sekolah satu ruangan diisi siswa antara 60-80 orang dan berdampak terhadap peningkatan mutu pendidikan. Padahal, menurut dia, rata-rata standar rasio nasional jumlah siswa dan ruang kelas antara 1:32 siswa.
Selain itu, lanjut dia, kekurangan kelas ini tentu banyak sekolah yang menerapkan dua shift, yakni pagi dan sore. "Dengan kekurangan RKB juga dapat menimbulkan anak putus sekolah karena terbatasnya akses pendidikan itu," jelasnya.
Dia menyebutkan, selama ini ruang kelas yang ada tercatat 1.701 unit dari 758 gedung SD, bahkan di antaranya 295 RKB harus direhabilitasi karena kondisinya sudah rusak.
Kepala SDN 01 Asem Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak Cicih mengatakan, sangat berharap adanya pembangunan RKB karena saat ini satu ruangan ditempati sebanyak 70 siswa.
Sekadar informasi, pemerintah telah menetapkan anggaran pendidikan nasional 20 persen dari total APBN. Pada 2011, anggaran pendidikan nasional mencapai Rp 248 triliun! Dan sebanyak Rp 158 triliun dana itu mengalir ke daerah.

JEMBATAN ANAK BANGSA

Sumber: Kompas.com
Murid SDNegeri Cicaringin 3, Kecamatan Gunung Kencana, Lebak, Banten meniti kawat baja menyeberang Sungai Ciliman saat berangkat ke sekolah, Rabu (18/5/2011). Lambannya pemerintah membangun infrastruktur membuat mereka harus rela berjalan kaki sejauh enam kilometer pergi pulang untuk mencapai sekolah dan berisiko terjatuh ke sungai.

Betapa terharunya perjuangan anak bangsa untuk menuntuk ilmu mereka memberanikan diri untuk menyebrangi jembatan yang hanya terdiri dari beberapa kawat baja.  Pasti pembaca merasa tersentuh atas perjuangan anak-anak SD ini. Semangat mereka mengalahkan rasa takut akan terjatuh dan terseret aliran deras sungai. Mereka mempertaruhkan nyawa untuk mengejar cita-cita mereka dan memperbaiki nasih mereka. Meskipun mereka tinggal di daerah terpinggirkan namun mereka menggap pendidikan itu sangat penting.
Semoga pemerintah banten peka terhadap permasalahan yang ada di daerahnya. Jangan sampai ada korban hanya karena untuk mendapatkan pendidikan.

Jumat, 14 Oktober 2011

PENDIDIKAN DI BERBAGAI NEGARA

 pendidikan di AS


pendidikan di Jepang

pendidikan di Cina



pendidikan di Afrika



pendidikan di Indonesia


Bagaimana setiap negara mencetak generasi sehingga iya mendapatkan peradapan dari negara tersebut. Negara yang besar didasari oleh pendidikan yang bermutu. Saya yakin Indonesia suatu saat menjadi bangsa yang besar dan menciptakan peradapannya.