Rabu, 18 Juli 2012

MENJADI PENDIDIK, MENJADI SANG PENCERAH



Gambar Seorang pendidik mengajarkan di alam terbuka (Sumber)
Pendidikan merupakan sesuatu yang wajib kita dapatkan. Berkat ilmu kita bisa merasakan makna suatu kehidupan. Ilmu dapat memberikan sinar kehidupan ditengah gelapnya kebodohan. Melepas dahaga keingin tahuan dikeringnya hidup ini. Menjauhkan kemiskinan dan mendekatkan kesejahtraan. Itulah ilmu memberikan nafas kehidupan bagi yang dapat menghirupnya.

Ilmu itu tidak datang dengan sendirinya. Ilmu membutuhkan seorang pendidik untuk memberikannya. Seorang pendidiklah yang dapat memberikan ilmu tersebut dengan sempurna. Karena dengan  didikannya dan dedikasinya ilmu itu bisa bermakna dan menjadi suatu amal yang tetap terbawa hingga liang lahatnya. 

Negeri ini, negeri Indonesia. Negeri dimana kita merasakan surga dunia. Negeri dengan kekayaan alam yang melimpah ruah. Negeri yang dijuluki sebagai negeri agraris. Yang sebagian penduduknya ialah petani. Namun kekayaan alam ini tidak diimbangi oleh sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan alam ini dengan maksimal. Negara ini seolah dijajah kembali oleh negara-negara asing untuk mengambil kekayaan alam ini.

Harusnya kita menyadari pendidikan itu merupakan sesuatu yang penting. Menjadi pendidik merupakan suatu tugas mulia untuk mencerdaskan bangsa ini. Agar bangsa ini dapat menjadi bangsa yang mandiri. Menjadi bangsa yang bisa memberikan kesejahteraan masyarakatnya. Memberikan jaminan agar masyarakatnya dapat terdidik dan berilmu dengan mudah.

Bagaimana dahulu para founding father presiden pertama bangsa ini langsung menjadi pendidik untuk mengajarkan rakyat Indonesia untuk bisa membaca. Seorang Ir. Seokarno yang desigani oleh seluruh dunia pada saat zaman penjajahan rela untuk mendidik rakyatnya untuk lepas dari kebodohan. Karena ia tahu bahwa bangsa yang bodoh dengan mudah akan selalu terjajah. Untuk melawan penjajah bukan dengan senjata ditangan tetapi dengan ilmu sesungguhnya dapat melawan penjajahan.
Gambar Presiden Soekarno sedang mengajarkan membaca kepada rakyat (Sumber).



Setelah 67 tahun kemerdekaan bangsa Indonesia masih banyak rakyat yang tidak mendapatkan pendidikan dengan semestinya. Karena faktor ekonomilah menyebabkan kebanyakan masyarakat kita tidak mendapat pendidikan. Mereka seakan jauh dari ilmu dan semakin dekat kepada keterpurukan. Jangan hanya menyalahkan pemerintah ataupun saling menyalahkan terhadap permasalahan besar ini. Tapi renungilah bahwa permasalahan ini kita semua yang harus bertanggung jawab untuk mendidik masyarakat kita.

Menjadi seorang pendidik sebenarnya merupakan kewajiban untuk kita. Seorang pendidik tidak harus menjadi seorang guru di sekolahan atau seorang dosen di suatu perguruan tinggi. menjadi pendidik bisa dilakuakan di mana saja dan kapan saja. Jangan jadikan pendidik sebagai mata pencaharian tapi jadikan suatu amal yang akan menemani kita diakhir hidup. Tapi lihatlah semangat untuk mengejar cita-cita para peserta didik. Lihatlah semangat masa depan bangsa ini agar lebih baik.

Saat ini pendidikan di Indonesia hanya melihat dari pada nilai yang didapat. Pendidikan belum menyentuh karakter peribadi individu tersebut. Akan sia-sia apabila yang dikembangkan hanya kecerdasaannya saja tetapi karakternya tidak ada. Sehingga ilmu yang mereka dapatkan tidak akan berpengaruh untuk mensejahterakan bangsa ini bahkan akan menghancurkannya. Banyak kita menyaksikan maraknya korupsi di negara ini yang dilakukan oleh orang-orang yang “berpendidikan”. Mereka ialah korban dari salah suatu sistem didik. Akan banyak lagi para koruptor apabila kita sebagai pendidik hanya berpatokan dari sebuah angka-angka nilai untuk mentukan kepintaran. Ada sesuatu yang lebih berharga dari sebuah angka saja tetapi ialah sebuah karakter yang ada di dalam hati. 

Seorang guru terdahulu bangsa ini menjelaskan tentang arti pendidikan. Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidak utuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi (Sumber).


 Menjadi seorang pendidik haruslah menjadi seorang pencerah. Bukan hanya mengajarkan ilmu tapi rasa kemanusiaan dan motivasi untuk bisa memberi sumbangsih untuk negeri ini. Pendidik haruslah bisa menularkan rasa nasionalisme kepada siswanya. Dengan rasa nasionalisme tersebut diharapkan agar cita-citanya bisa berkontribusi untuk negara yang kita cintai ini.

Telah banyak yang menyadari bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting di negeri ini. Banyak para pemuda dengan suka rela menjadi seorang pendidik di daerah terpencil di Indonesia. Mereka tidak mengaharpkan imbalan dari siswanya namun mereka ingin memberi inspirasi dan motivasi kepada siswanya untuk mengejar cita-cita. Mereka merupakan pemuda yang tergabung pada kegiatan Indonesia Mengajar yang dibentuk oleh bapak Anies Baswedan seorang tokoh pemuda Indonesia yang masuk majalah Times sebagi seorang pemuda yang berpengaruh.
Gambar pengajar muda sedang mendidik siswanya (Sumber).

Menjadi pendidik tidak harus menjadi seorang guru. Tetapi seorang pendidik bisa menjadi seorang guru. Dedikasih yang diberikan oleh seorang pendidik tidak akan terbayar dengan emas sekalipun.

Adapun sikap yang harus dimiliki seorang guru. Guru yang efektif memiliki keunggulan dalam mengajar (fasilitator); dalam hubungan (relasi dan komunikasi) dengan peserta didik dan anggota komunitas sekolah; dan juga relasi dan komunikasinya dengan pihak lain (orang tua, komite sekolah, pihak terkait); segi administrasi sebagai guru; dan sikap profesionalitasnya. Sikap-sikap profesional itu meliputi antara lain: keinginan untuk memperbaiki diri dan keinginan untuk mengikuti perkembangan zaman. Maka penting pula membangun suatu etos kerja yang positif yaitu: menjunjung tinggi pekerjaan; menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan, dan keinginan untuk melayani masyarakat. Dalam kaitan dengan ini penting juga performance/penampilan seorang profesional: secara fisik, intelektual, relasi sosial, kepribadian, nilai-nilai dan kerohanian serta mampu menjadi motivator. Singkatnya perlu adanya peningkatan mutu kinerja yang profesional, produktif dan kolaboratif demi pemanusiaan secara utuh setiap peserta didik (Sumber).

Semoga tulisan ini dapat memberi makna kepada siapa saja yang membacanya. Sehingga dikemudan hari akan banyak pendidik yang akan menjadi “Sang Pencerah” bagi rakyat Indonesia. Menjadi pendidik yang ideal ialah mereka yang bekerja atas dasar hati nurani. Memberikan cahaya di gelapnya jalan kehidupan ini.

"JANGAN MENYALAHKAN KEGELAPAN YANG TERJADI TAPI NYALAKANLAH LILIN-LILIN UNTUK MENERANGI"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar