Kesuksesan bukan hadir secara kebetulan, tapi karena ada niat dari pelakunya (aris setyawan).“Seandainya dalam hidup ini engkau menemui jalan yang berliku, hambatan, halangan dan rintangan, yakinlah di depan pasti ada jalan kemenangan. Seandainya, engkau berjalan di jalan yang lurus, tanpa menemui hambatan dan tantangan, maka hati-hatilah, siapa tahu di depan engkau akan menemui masalah. Pemenang tidak pernah menyerah dan orang yang hobi menyerah tidak akan pernah menang” (Aris Setyawan, 2008)
Ini bukan kisah dalam dongeng, bukan ada dalam halusinasi. Ini adalah kisah nyata, bukti kekuatan sebuah mimpi. Adalah seorang Aris Setyawan, enam tahun yang lalu, tepatnya tahun 2002. Seorang pemuda yang baru menjelang lulus SMA, berniat mendaftar USMI. Namun saat itu, Aris melihat uang di dompet ibunya hanya ada Rp 50.000,-. Aris mengurungkan niatnya melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi.
Mimpi itu, mimpi melanjutkan ke perguruan tinggi impiannya ;IPB, ia pendam dan tanamkan dalam hatinya, ia tancapkan kuat-kuat dalam pikirannya. Sama halnya dengan kedua teman Aris, Safuan dan Kusno. Kusno ingin menjadi seorang karyawan, dan Safuan ingin pergi ke Jepang. Hambatan yang menghalangi mimpi mereka saat itu justru membuat mereka semakin yakin akan meraih kemenangan di depan kelak.
Berbekal uang seadanya, Aris dan kedua temannya, Safuan dan Kusno mengadu nasib ke Jakarta. Dari Pati, Jawa Tengah, tiga sekawan itu naik bus menuju Cakung, Jakarta. Dua minggu berlalu, Aris dan kedua kawannya kehabisan uang. Keadaan ini memaksa mereka untuk segera mencari uang guna menyambung hidup. Akhirnya mereka bertiga menjadi kuli bangunan di daerah Kelapa Gading. Dari hasil kerja mereka mulai pukul 8 pagi hingga pukul 5 sore, mereka mendapatkan upah Rp17.500 tiap harinya.
Hari-hari pertama, mereka lalui dengan berat. Mereka harus berebut kardus untuk tidur. Sesekali mereka pun harus tidur di emperan toko, atau di bedeng lantai 3 proyek, yang hanya beralaskan triplek.
Kehidupan sebagai kuli bangunan yang sedemikian berat, membuat mereka bertiga ingin beralih profesi mencari pekerjaan yang lebih baik. Setiap habis gajian mereka memutuskan untuk melamar pekerjaan di perusahaan, tapi sayang, nasib mengatakan mereka harus kembali lagi bekerja sebagai kuli bangunan. karena tidak mendapatkan pekerjaan sesuai yang diinginkannya. Selama menjadi kuli bangunan berbagai macam posisi pernah Aris jabat, dari mulai tukang bersih-bersih, kuli ngaduk, kernek hingga wakil mandor.
Satu tahun sebagai kuli bangunan, ternyata tidak mengubah nasib mereka menjadi lebih baik. Akhirnya berbekal uang hasil kerja kuli bangunan yang aris kumpulkan ia gunakan untuk membeli anak sapi atau pedet. Uangnya hanya cukup membeli sapi pedet yang pincang. Dengan sabar, ia besarkan pedet kesayangannya itu. Setiap hari aris harus mencari rumput untuk memberi makan pedetnya, walaupun demikian ia berusaha menyempatkan diri untuk belajar mengerjakan soal-soal SPMB. Akhirnya, ia berhasil masuk IPB tahun 2004. Teknik Pertanian menjadi bidang ilmunya. Ia menjadi bagian dari mahasiswa TEP angkatan 41.
Semenjak diterima di IPB, Aris mendapatkan beasiswa dari beastudi etos, Dompet Dhuafa. Kemudian ketika tingkat 2, ia aktif sebagai ketua Beastudi Etos Bogor. Walaupun sudah mendapatkan beasiswa aris masih mencari uang tambahan semenjak tingkat dua. mulai dari privat, ikut acara bazaar, jualan bunga hias sampai kerjasama dengan petani budidaya tomat buah, tegas lelaki yang memiliki hobi memelihara tanaman hias dan ikan hias ini.
Kemudian di tahun ketiganya, ia jalani dengan penuh tantangan. Tiga amanah Aris emban. Sebagai mahasiswa dan ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (Himateta), serta sebagai seorang trainer. Bahkan Aris dan kawan-kawannya semenjak tingkat 2 sempat merintis sebuah Taman Pendidikan Al-qur’an dengan siswa saat ini sebanyak 80 anak. Cerita Aris yang juga pernah menjuarai perlombaan catur tingkat IPB.
Bagaimana dengan Safuan dan Kusno? Tahun 2006 menjadi tahun yang berbahagia bagi kusno, karena ia berhasil di angkat menjadi karyawan tetap di PT Yamaha Musik Indonesia. Sementara itu tahun 2007 menjadi sejarah bagi Safuan untuk bekerja di Jepang selama 3 tahun di salah satu perusahaan di Jepang. Sebelum meraih cita-citanya, kusno harus gagal beberapa kali seleksi di perusahaan dan bekerja setidaknya selama 2 tahun sebagai kuli bangunan, sedangkan sebelum safuan di terima bekerja di jepang, ia harus bekerja dulu sebagai kuli bangunan setidaknya selama satu tahun, beberapa kali gagal seleksi di perusahaan dan sempat juga merasakan kegagalan saat mendaftar untuk bekerja ke Jepang.
Itu adalah kisah Aris dan kedua temannya, beberapa tahun yang lalu. Siapakah Aris sekarang? Bila pernah mendengar istilah Achievement Motivation Training (AMT), tentu akrab dengan istilah trainer. Ya, pemilik nama lengkap Aris Setyawan ini memilih profesinya sebagai trainer. Seorang motivator. Sampai saat ini Aris telah memberikan pelatihan kepada lebih dari 20000 pelajar dan mahasiswa. Dari mulai mahasiswa UI, IPB bahkan sampai SMP dan SMA di beberapa wilayah di Jabodetabek dan sekitarnya.
Menurut pemuda yang mengidolakan Yusuf Mansur dan Ari Ginanjar Agustian ini, doa orangtualah yang menguatkan dia sampai saat ini. “Saya berambisi memutus tali kemiskinan keluarga saya,” tegas Aris, pemuda kelahiran Rembang 7 Januari 1984 ini.
Mimpi. Itulah magnet kuat yang menarik Aris bisa menjadi seperti sekarang. Mimpi-mimpi yang ingin ia capai dalam satu tahun ia tuliskan di atas kertas. Mimpi tahunannya itu, ia turunkan ke dalam mimpi atau capaian tiap bulannya, kemudian mingguan, dan harian. Ia juga menuliskan 30 buah mimpinya tiap tahun yang kini banyak tinggal coretan-coretan karena telah tercapai.
Aris memang menginspirasi. Aris terkenal ramah juga menginspirasi kawan-kawannya. Salah satu kawannya, Fikri Alhaq TEP 41, mengaku tidak menyangka kawannya bisa seperti sekarang. “Tadinya mah sarungan…” guyon Fikri, “dia melakukan perubahan yang signifikan, dia seorang revolusioner!” lanjut Fikri, serius.
Pernahkah terbayangkan sebelumnya, seorang kuli ngaduk enam tahun yang lalu, kini tahun 2008, ia menyandang gelar Sarjana Teknologi Pertanian dan menjadi seorang trainer profesional? Untuk menjadi mahasiswa berprestasi tidak hanya jadi Mawapres (mahasiswa berprestasi formal), ada banyak cara. Bisa menjadi entrepreneur, aktivis kampus, atau seperti Aris; sang motivator, sang inspirator. Salam sukses dunia akhirat.
Di ambil dari :
Koran Kampus IPB Edisi 25, Agustus 2008
Dan Media Indinesia, 26 Agustus 2008
www.sugestipower.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar