Dr. Irwandi Jaswir, Profesor Madya di Departemen Biotechnology Engineering, International Islamic University Malaysia. Pria Minang kelahiran Medan tahun 1970 (Nagari asa Koto Tangah, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam), Alumni SMA1 Bukittinggi tahun 1989, Alumni IPB tahun 1993, Doktor (Lulusan Terbaik) Univiersity of British Columbia Canada tahun 2000.
Begitu lulus S3 dari Kanada, Irwandi diperebutkan oleh Malaysia (Pemberi Dana Beasiswa) dan Kanada, yang menawarkan gaji standard Internasional dengan berbagai fasilitas tambahan, dan yang paling penting fasilitas penelitian sesuai keinginan Irwandi. Sebenarnya ada keinginan Irwandi untuk kembali ke Indonesia, tetapi tak ada satupun tawaran menarik dari Perguruan Tinggi di Bumi Pertiwi ini.
Ironisnya, ketika Lulus S1 dia melamar jadi dosen di almamaternya IPB. Tapi kandas karena kuota Dosen terbatas, masih banyak yang menunggu untuk diangkat jadi Dosen, dia boleh jadi tenaga honorer, tapi tidak ada kepastian untuk menjadi Dosen Tetap. Malaysia, yang waktu itu, belum terlalu maju, menjadi pilihan yang bijak, karena pendidikan Malaysia berorientasi pada pola pengembangan iptek Negara maju, ada tawaran beasiswa program Master dari Universitas Putra Malaysia yang sekaligus membiayai program Doktor di Kanada.
Alasan lain Irwandi memilih bekerja di Malaysia adalah karena faktor pertimbangan Keluarga termasuk Budaya, Jarak, Gaji dan Kesempatan untuk berkembang menjadi ilmuwan sangat menjanjikan di Malaysia “Saya sekolah tinggi untuk menjadi ilmuwan dan berguna bagi umat” kata Irwandi mantap.
Seorang ilmuwan harus aktif melakukan riset yang bermutu dan bermanfaat, Universitas Islam Internasional Malaysia memberikan kepercayaan penuh kepada Irwandi untuk membuka program studi baru sesuai bidang keahliannya, yaitu Bioteknologi .. Saya diberi kewenangan merancang program sesuai dengan keinginan saya, kata Irwandi bersemangat.
Dengan cepat sejak tahun 2001, Irwandi sukses menorehkan tinta emas di bidang Bioteknologi, dengan menghasilkan 40 karya ilmiah di jurnal internasional, 60 karya ilimiah di konferensi internasional, puluhan artikel ilmu populer di berbagai media masa, dan 5 artikel (book chapter) di Buku Ilmiah Internasional. Masih kurang ? Ada 30 penghargaan level internasional, sebagai contoh :
- Alat Pendeteksi Kandungan Lemak Babi
- Pembuatan Gelatin Ikan sebagai Pengganti Minyak Babi
Penghargaan lain, diantaranya Gold Medal the 34th International Exhibition on Inventions, New Techniques and Products, di Jenewa, Switzerland, 2006. Tak boleh ketinggalan .. Anugerah Saintis Muda Asia Pasifik 2009, furthermore .. Best Innovation Awards, World Halal Research Summit 2010 .. and Dosen Terbaik IICM 2010.
Riset apa yang sedang dilakukan Irwandi saat ini .. ?? Wooow, fantastic .. Ada 2 riset penting bernilai puluhan milyar rupiah, seperti .. Riset obat anti kanker dan kegemukan dari ekstrak rumput laut, senilai RM 400,000 (Rp. 1,2 Milyar) dan Riset Malaysia menuju Industri Halal senilai RM 15 juta (Rp. 40 Milyar) . “Mendapat dana riset di Malaysia relatif mudah dan tidak bertele-tele” kata Irwardi.
Walaupun sukses berkarir di Malaysia, Irwandi selalu menolak tawaran menjadi Warga Negara Malaysia, dia tidak pernah lupa Indonesia, keberhasilan karya-karyanya selalu didedikasikan buat keluraga dan Indonesia, selalu berkomunikasi serta bertukar-pkiran dengan para peneliti di Indonesia, inilah salah satu upaya Irwandi dalam mengangkat nama bangsa Indonesia.
Menurut data Ketua Indonesia Lecturer and Research Association in Malaysia (ILRAM) Riza Muhida, ada sejumlah 500 dosen bergelar Doktor dari berbagai bidang keilmuan yang mengajar dan meneliti di berbagai Perguruan Tinggi di Malaysia “Inovasi yang dilahirkan oleh ilmuwan Indonesia otomatis mengangkat nama Universitas Malaysia” kata Riza.
Indonesia boleh merasa bangga, sekaligus merasakan pahitnya. Data World Intellectual Property Organization 2009 mencatat jumlah paten internasional yang diajukan Malaysia mencapai 218 buah, jauh dibandingkan Indonesia yang hanya 7 buah. Sebuah refleksi dari sinergi antara Dunia Industri dan Perguruan Tinggi, dalam bentuk Riset Berbasis Industri di Malaysia sudah demikian maju dibanding Indonesia, demikian hebatnya kemajuan pendidikan dan keilmuan Malaysia yang konon khabarnya ditahun 1960-70an dahulu masih belajar kepada Indonesia di berbagai bidang.
Bagaiman soal gaji Dosen & Peneliti? Inilah istmewanya Malaysia, seorang Dosen (Berpendidikan S3-Doktor) yang baru mengajar, bisa bergaji RM 5.000 sd RM 10.000 (sekitar Rp. 15-30 juta) per bulan ditambah fasilitas mobil, rumah dan asuransi kesehatan. Sebagai pembanding, dengan RM 2000 per bulan sudah cukup nyaman untuk membiayai hidup sekeluarga (4 orang) disana . Opo ora mantap.
Menurut Irwandi, kesejahteraan peneliti harus diperhatikan agar bias focus dalam bekerja, dan dia percaya Negara tanpa ditopang riset yang kuat akan selamanya menjadi konsumen “Ilmuwan Indonesia pasti mampu asal diberi kesempatan” kata Irwandi. Mungkin sebagai penghibur hati kita bersama. Persoalannya,siapa yang mau member kesempatan ??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar